Panduan Lengkap: Contoh Surat Pemberitahuan Sakit yang Benar

Daftar Isi

Mengalami sakit memang hal yang nggak bisa diprediksi. Kadang, badan drop di saat kita punya jadwal penting, entah itu sekolah, kuliah, atau kerja. Nah, biar ketidakhadiran kita dianggap absah dan nggak menimbulkan masalah, komunikasi itu kunci. Salah satu cara paling formal dan sopan untuk memberitahu bahwa kita sakit dan nggak bisa masuk adalah dengan menulis surat pemberitahuan sakit.

Surat ini bukan cuma sekadar formalitas, lho. Fungsinya penting banget sebagai bukti tertulis yang menjelaskan kenapa kita nggak hadir. Bayangin aja, kalau tiba-tiba nggak masuk tanpa kabar, bisa-bisa dianggap bolos atau nggak profesional. Dengan surat ini, kita menunjukkan tanggung jawab dan etika yang baik kepada pihak yang berwenang, seperti guru, dosen, HRD, atau atasan. Ini juga membantu mereka memahami situasi kita dan mengambil langkah yang diperlukan, misalnya reschedule tugas atau mencari pengganti sementara di tempat kerja.

Mengapa Surat Pemberitahuan Sakit Penting?

Surat pemberitahuan sakit punya peran krusial dalam berbagai skenario. Pertama, ini adalah bentuk komunikasi resmi yang menjelaskan alasan ketidakhadiranmu. Institusi atau perusahaan biasanya punya prosedur baku untuk pencatatan absensi, dan surat sakit ini seringkali jadi dokumen pendukung utama. Tanpa surat ini, ketidakhadiranmu mungkin tercatat sebagai alpa tanpa keterangan yang sah, yang bisa berdampak pada catatan kehadiranmu.

Selain itu, surat ini juga menunjukkan profesionalisme dan tanggung jawab. Kamu nggak cuma menghilang begitu saja, tapi memberitahu pihak terkait dengan cara yang pantas. Ini penting banget terutama di dunia kerja, di mana disiplin dan komunikasi yang baik sangat dihargai. Untuk siswa atau mahasiswa, surat ini membantu guru atau dosen memahami kondisi kesehatanmu dan mungkin memberikan dispensasi untuk tugas atau ujian yang tertunda.

Image just for illustration
contoh surat pemberitahuan sakit

Keberadaan surat ini juga bisa jadi dasar bagi pihak sekolah, kampus, atau kantor untuk memberikan izin resmi. Di banyak tempat, ketidakhadiran karena sakit hanya akan diizinkan jika ada pemberitahuan yang jelas, dan surat ini adalah buktinya. Kadang, surat sakit juga dibutuhkan untuk keperluan administrasi lainnya, seperti klaim asuransi (jika melampirkan surat dokter) atau pencatatan cuti sakit. Intinya, surat ini adalah jembatan komunikasi yang memastikan semua pihak memahami situasimu dan memprosesnya sesuai aturan.

Kapan Anda Perlu Menulis Surat Pemberitahuan Sakit?

Pada dasarnya, surat pemberitahuan sakit perlu ditulis kapan pun kamu nggak bisa masuk atau hadir karena alasan kesehatan. Baik itu karena demam ringan, flu berat, pusing tak tertahankan, atau kondisi medis lainnya yang membuatmu tidak fit untuk beraktivitas. Aturan umumnya, jika kamu merasa sakit dan nggak memungkinkan untuk menjalani kegiatan seperti biasa di sekolah, kampus, atau tempat kerja, maka kamu perlu memberitahu pihak terkait.

Waktu terbaik untuk mengirim surat ini adalah sesegera mungkin. Idealnya, di hari yang sama saat kamu merasa sakit dan memutuskan nggak masuk. Jika memungkinkan, berikan pemberitahuan di pagi hari sebelum jam masuk kegiatan dimulai. Memberitahu lebih awal memberikan waktu bagi pihak penerima untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan, misalnya mencari pengajar pengganti atau mendistribusikan pekerjaanmu ke rekan kerja.

Namun, perlu diingat juga bahwa di beberapa tempat, ada kebijakan khusus terkait lamanya sakit. Untuk sakit yang hanya satu atau dua hari, surat pemberitahuan dari orang tua (untuk siswa) atau surat pribadi (untuk karyawan/mahasiswa) mungkin sudah cukup. Tapi, jika sakitnya lebih dari jangka waktu tertentu (misalnya, lebih dari 2 atau 3 hari), kamu biasanya diwajibkan melampirkan surat keterangan dokter sebagai bukti pendukung. Jadi, selalu cross-check kebijakan di institusi atau tempat kerjamu ya!

Bagian-bagian Kunci dalam Surat Pemberitahuan Sakit

Menulis surat pemberitahuan sakit itu nggak sulit kok, asalkan kamu tahu bagian-bagian apa saja yang wajib ada di dalamnya. Struktur surat formal umumnya mengikuti kaidah tertentu agar informasinya tersampaikan dengan jelas dan lengkap. Yuk, kita bedah satu per satu komponen pentingnya.

Kop Surat (Opsional, tapi disarankan)

Bagian ini biasanya hanya ada di surat resmi perusahaan atau organisasi. Tapi, untuk surat pribadi seperti surat sakit dari orang tua untuk sekolah, kop surat bisa diganti dengan alamat lengkap orang tua atau wali. Kalau untuk keperluan pribadi atau email, kop surat ini seringkali nggak perlu. Fungsinya adalah menunjukkan identitas pengirim secara resmi.

Tempat dan Tanggal Penulisan

Ini penting banget! Cantumkan kota tempat surat itu ditulis dan tanggal penulisan surat tersebut. Formatnya biasanya “Kota, Tanggal Bulan Tahun”. Contoh: “Jakarta, 26 Oktober 2023”. Tanggal ini menandakan kapan surat itu dibuat dan dikirim, yang penting untuk administrasi.

Perihal

Perihal ini fungsinya sebagai judul singkat yang merangkum isi surat. Dengan membaca perihal, penerima surat langsung tahu inti dari surat yang mereka terima. Untuk surat sakit, perihal yang umum digunakan adalah “Pemberitahuan Sakit” atau “Permohonan Izin Tidak Masuk (Sakit)”. Pastikan perihalnya jelas dan to the point.

Penerima Surat

Sebutkan kepada siapa surat ini ditujukan secara spesifik. Misalnya, “Yth. Bapak/Ibu Guru Wali Kelas [Nama Kelas]” untuk surat sekolah, “Yth. Bapak/Ibu Pimpinan [Nama Departemen/Perusahaan]” untuk surat kerja, atau “Yth. Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah [Nama Mata Kuliah]” untuk surat kuliah. Menyebutkan nama atau jabatan spesifik menunjukkan bahwa surat itu ditujukan kepada orang yang tepat. Jika tidak tahu nama spesifik, sebutkan jabatannya.

Salam Pembuka

Awali surat dengan salam pembuka yang sopan. Pilihan umum di Indonesia adalah “Dengan hormat,”. Bisa juga menggunakan salam sesuai keyakinan, misalnya “Assalamualaikum Wr. Wb.” jika penerima juga sesama muslim dan lingkungan institusi mendukung. Setelah salam pembuka, biasanya diikuti koma.

Isi Surat (Penjelasan Singkat)

Nah, di bagian ini kamu jelaskan intinya: bahwa kamu (atau anak/wali yang diwakili) tidak bisa hadir karena sakit. Sebutkan namamu (jika bukan kamu yang menulis surat), posisimu (siswa kelas berapa, karyawan bagian apa, mahasiswa jurusan apa), dan alasan ketidakhadiran yaitu sakit. Nggak perlu menjelaskan detail penyakitmu secara medis, cukup sampaikan bahwa kamu dalam kondisi tidak sehat dan memerlukan istirahat. Gunakan bahasa yang lugas dan jelas.

Durasi Sakit (Estimasi)

Berikan perkiraan berapa lama kamu akan absen. Apakah hanya satu hari, dua hari, atau lebih? Sebutkan tanggal kamu tidak bisa masuk. Contoh: “Pada hari ini, Kamis, 26 Oktober 2023.” atau “Selama tanggal 26 s/d 27 Oktober 2023.” Memberikan estimasi durasi membantu pihak penerima merencanakan aktivitas tanpa kehadiranmu. Jika sakitnya belum jelas berapa lama, sebutkan saja untuk hari itu dan akan memberitahu lagi jika perlu perpanjangan izin.

Keterangan Tambahan (Misalnya, Surat Dokter Jika Ada)

Jika kamu sudah periksa ke dokter dan mendapatkan surat keterangan sakit, sebutkan di bagian ini bahwa surat dokter terlampir. Ini adalah bukti pendukung yang sangat kuat dan seringkali diwajibkan, terutama untuk absen lebih dari satu atau dua hari. Kalau belum ada, sebutkan bahwa kamu akan segera memeriksakan diri atau akan memberitahu jika ada perkembangan.

Salam Penutup

Akhiri surat dengan salam penutup yang sopan. Contoh yang umum adalah “Hormat saya,” atau “Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.” atau “Wassalamualaikum Wr. Wb.” (jika menggunakan salam pembuka islami). Salam penutup ini menunjukkan rasa hormat dan mengakhiri komunikasi secara formal.

Nama Pengirim

Tulis nama lengkapmu (atau nama orang tua/wali jika mewakili). Pastikan nama ditulis dengan jelas dan tanpa singkatan yang membingungkan. Nama ini mengidentifikasi siapa yang mengirimkan surat.

Tanda Tangan (Opsional, tergantung kebutuhan)

Di bawah nama, biasanya ada ruang untuk tanda tangan. Untuk surat fisik, tanda tangan diperlukan. Untuk surat yang dikirim via email, tanda tangan fisik tentu tidak ada, tapi kamu bisa menggantinya dengan nama lengkapmu. Tanda tangan memberikan keabsahan pada surat tersebut.

Memahami setiap bagian ini akan sangat membantumu dalam menyusun surat pemberitahuan sakit yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah penulisan surat formal.

Contoh Surat Pemberitahuan Sakit untuk Berbagai Keperluan

Supaya lebih kebayang, ini dia beberapa contoh surat pemberitahuan sakit untuk skenario yang berbeda. Kamu bisa menjadikan ini sebagai referensi dan menyesuaikannya dengan situasimu.

Contoh 1: Untuk Siswa/Pelajar (Tidak Masuk Sekolah)

Surat ini biasanya ditulis oleh orang tua atau wali murid yang memberitahukan pihak sekolah bahwa anaknya sakit dan tidak bisa masuk.

Jakarta, 26 Oktober 2023

Yth. Bapak/Ibu Guru Wali Kelas X MIPA 1
SMA Negeri 1 Jakarta
Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah orang tua/wali dari:
Nama: [Nama Siswa]
Kelas: X MIPA 1
NIS: [Nomor Induk Siswa]

Memberitahukan bahwa anak kami tersebut di atas tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah pada hari ini, Kamis, 26 Oktober 2023 dikarenakan sakit.

Kami mohon Bapak/Ibu guru dapat memberikan izin kepada anak kami. Semoga [Nama Siswa] dapat segera pulih dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

[Nama Orang Tua/Wali]
[Tanda Tangan Orang Tua/Wali]

Elaborasi: Contoh ini sangat umum untuk keperluan sekolah. Penting untuk mencantumkan nama anak, kelas, dan nomor induk siswa (jika ada) agar pihak sekolah mudah mengidentifikasi siswa yang dimaksud. Durasi sakit disebutkan spesifik untuk hari ini. Jika sakitnya lebih dari sehari, ubah kalimat “pada hari ini, Kamis, 26 Oktober 2023” menjadi “selama tanggal [tanggal awal] s/d [tanggal akhir]”. Jangan lupa sebutkan identitas jelas orang tua/wali yang mengirim surat. Bahasa yang digunakan sopan dan straightforward.

Contoh 2: Untuk Karyawan (Tidak Masuk Kerja)

Surat ini ditulis oleh karyawan kepada atasan atau departemen HRD. Di lingkungan kerja, seringkali diperlukan surat keterangan dokter jika sakit lebih dari satu hari.

[Tempat], [Tanggal]

Kepada Yth.
[Nama Atasan Langsung atau Manajer HRD]
[Jabatan]
[Nama Perusahaan]
Di tempat

Perihal: Pemberitahuan Sakit

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: [Nama Lengkap Karyawan]
Jabatan: [Jabatan Anda]
Departemen: [Departemen Anda]
Nomor Karyawan (jika ada): [Nomor Karyawan]

Dengan ini memberitahukan bahwa saya tidak dapat masuk kerja pada hari ini, [Hari, Tanggal] dikarenakan sakit.

Saya memperkirakan akan membutuhkan istirahat selama [Jumlah Hari] hari, terhitung mulai hari ini hingga [Tanggal Akhir Estimasi]. Saya akan segera memberitahu jika ada perkembangan lebih lanjut mengenai kondisi kesehatan saya.

[Pilih salah satu baris ini:]
[Jika ada surat dokter]: Sebagai kelengkapan administrasi, bersama surat ini saya lampirkan surat keterangan dokter.
[Jika belum ada surat dokter]: Saya akan segera memeriksakan diri ke dokter dan akan melampirkan surat keterangan dokter sesegera mungkin jika diperlukan.

Mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan izin untuk ketidakhadiran saya ini. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memantau email atau pesan penting jika kondisi memungkinkan, namun mohon pengertiannya jika respon saya terbatas.

Atas perhatian dan pengertian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

[Nama Lengkap Karyawan]
[Tanda Tangan (jika fisik)]

Elaborasi: Untuk surat kerja, detail seperti jabatan, departemen, dan nomor karyawan bisa membantu HRD atau atasan memproses izinmu lebih cepat. Penyebutan estimasi durasi sakit dan keterangan mengenai surat dokter sangat penting di sini. Tambahkan juga kalimat yang menunjukkan tanggung jawab, misalnya kesediaan untuk memantau email jika memungkinkan. Gaya bahasa harus profesional dan sopan.

Contoh 3: Untuk Mahasiswa (Tidak Masuk Kuliah/Kelas)

Surat ini ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah atau bagian administrasi akademik kampus.

[Kota], [Tanggal]

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Dosen [Nama Lengkap Dosen]
Pengampu Mata Kuliah [Nama Mata Kuliah]
[Nama Fakultas/Jurusan, Nama Universitas]
Di tempat

Perihal: Permohonan Izin Tidak Masuk Kelas (Sakit)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: [Nama Lengkap Mahasiswa]
NIM: [Nomor Induk Mahasiswa]
Jurusan: [Nama Jurusan]
Semester: [Semester Anda]

Dengan ini memberitahukan bahwa saya tidak dapat menghadiri perkuliahan Mata Kuliah [Nama Mata Kuliah] pada hari ini, [Hari, Tanggal], dikarenakan sakit.

Saya memohon Bapak/Ibu Dosen dapat memaklumi ketidakhadiran saya ini dan memberikan izin. Saya akan berusaha mempelajari materi perkuliahan yang tertinggal setelah kondisi saya membaik.

[Opsional, jika ada surat dokter atau perlu penjelasan lebih lanjut]:
Sebagai informasi tambahan, saya telah memeriksakan diri ke dokter dan disarankan untuk beristirahat selama [jumlah hari] hari. Surat keterangan dokter terlampir/akan menyusul.

Atas perhatian dan pengertian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

[Nama Lengkap Mahasiswa]
[Tanda Tangan (jika fisik/hardcopy)]

Elaborasi: Surat untuk dosen biasanya lebih ringkas dan fokus pada izin ketidakhadiran di kelas spesifik atau pada hari tersebut. Cantumkan nama dosen, mata kuliah, NIM, dan jurusan agar mudah diidentifikasi oleh staf akademik atau dosen. Penjelasan mengenai akan mempelajari materi yang tertinggal menunjukkan komitmenmu sebagai mahasiswa. Penyebutan surat dokter juga penting jika kampus memiliki kebijakan terkait absensi sakit.

Contoh 4: Versi Email (Jika Diizinkan)

Di banyak lingkungan modern, pemberitahuan sakit via email atau platform komunikasi resmi (seperti Slack atau WhatsApp Business yang terintegrasi) juga umum dilakukan, terutama untuk kasus sakit ringan yang singkat. Formatnya bisa lebih ringkas dari surat fisik, tapi tetap harus formal.

Subjek Email: Pemberitahuan Sakit - [Nama Lengkap Anda]

Yth. Bapak/Ibu [Nama Penerima],

Dengan hormat,

Melalui email ini, saya [Nama Lengkap Anda], [Jabatan/Posisi/Kelas/NIM], memberitahukan bahwa saya tidak dapat masuk [kerja/sekolah/kuliah] pada hari ini, [Hari, Tanggal] dikarenakan sakit.

Saya membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan kondisi. Estimasi saya membutuhkan [jumlah hari] hari izin sakit, terhitung mulai hari ini.

Saya akan segera memberitahu jika ada perubahan kondisi atau kebutuhan untuk perpanjangan izin. [Opsional: Saya akan berusaha memantau email/pesan penting jika kondisi memungkinkan].

Atas perhatian dan pengertian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

[Nama Lengkap Anda]

Elaborasi: Versi email lebih praktis dan cepat. Subjek email harus jelas agar penerima tahu prioritas emailmu. Isi email tetap mencakup informasi kunci: siapa kamu, alasan tidak masuk (sakit), dan perkiraan durasi. Jika ada lampiran (seperti scan surat dokter), sebutkan bahwa surat tersebut terlampir. Pastikan alamat email penerima sudah benar dan gunakan alamat email yang profesional (bukan email pribadi dengan nama aneh-aneh).

Tips Menulis Surat Pemberitahuan Sakit yang Efektif

Menulis surat sakit memang terkesan mudah, tapi ada beberapa tips yang bisa membuatnya lebih efektif dan diterima dengan baik oleh pihak penerima.

Tulis Sesegera Mungkin

Jangan menunda. Begitu kamu merasa sakit dan memutuskan untuk tidak masuk, langsung buat surat atau kirim pemberitahuan. Ini menunjukkan bahwa kamu bertanggung jawab dan menghargai waktu pihak lain. Memberi kabar dadakan di saat jam masuk sudah lewat bisa menimbulkan kesulitan.

Sampaikan dengan Jelas dan Ringkas

Langsung ke intinya. Sebutkan nama, posisi/kelas, dan alasan tidak masuk (sakit). Hindari cerita yang bertele-tele atau detail medis yang nggak perlu. Cukup sampaikan bahwa kamu tidak dalam kondisi sehat untuk beraktivitas.

Gunakan Bahasa yang Sopan

Meskipun mungkin kamu sedang tidak enak badan, tetap gunakan bahasa yang formal, sopan, dan mudah dipahami. Hindari singkatan atau bahasa gaul yang tidak pantas dalam komunikasi formal. Gunakan sapaan dan penutup yang umum dalam surat resmi.

Lampirkan Surat Dokter (Jika Ada dan Diperlukan)

Jika kamu sudah berobat ke dokter, lampirkan scan atau fotokopi surat keterangan dokternya. Ini adalah bukti paling kuat atas alasan sakitmu. Selalu perhatikan kebijakan institusimu, apakah surat dokter wajib dilampirkan untuk durasi sakit tertentu. Melampirkan surat dokter tanpa diminta pun seringkali memberikan poin plus karena menunjukkan keseriusan dan kejujuranmu.

Perhatikan Format dan Tata Bahasa

Meskipun hanya surat sakit, usahakan formatnya rapi (jika ditulis tangan atau diketik fisik) dan tata bahasanya benar. Hindari typo atau kesalahan penulisan yang fatal. Surat yang rapi dan minim kesalahan menunjukkan bahwa kamu mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, meskipun sedang sakit.

Sesuaikan dengan Aturan Institusi

Setiap sekolah, kampus, atau perusahaan punya aturan berbeda mengenai prosedur izin sakit. Ada yang mewajibkan surat fisik, ada yang cukup email atau chat via aplikasi internal. Ada yang mewajibkan surat dokter untuk sakit lebih dari 1 hari, ada yang 3 hari. Pastikan kamu tahu dan mengikuti aturan yang berlaku di tempatmu. Jika tidak yakin, tanyakan kepada teman, senior, atau bagian administrasi.

Hal-hal yang Perlu Dihindari Saat Menulis Surat Sakit

Sama pentingnya dengan mengetahui apa yang harus dilakukan, kita juga perlu tahu apa yang sebaiknya tidak dilakukan saat menulis surat sakit.

Berlebihan dalam Menjelaskan Penyakit

Nggak perlu menulis skripsi tentang gejala penyakitmu. Cukup sebutkan bahwa kamu sakit dan butuh istirahat. Menceritakan detail yang terlalu pribadi atau mengerikan justru bisa membuat suratmu terkesan dibuat-buat atau tidak profesional.

Mengarang Alasan Sakit

Jujur itu paling penting. Jangan pernah berbohong atau mengarang-ngarang alasan sakit hanya karena ingin bolos atau liburan. Jika ketahuan, konsekuensinya bisa jauh lebih buruk, mulai dari sanksi disiplin, catatan buruk, hingga kehilangan kepercayaan. Kepercayaan itu mahal lho!

Menggunakan Bahasa Tidak Formal (Kecuali Situasi Memungkinkan)

Hindari penggunaan bahasa gaul, emotikon, atau gaya bahasa chatting jika kamu menulis surat formal (fisik atau email resmi). Meskipun lingkungan kerjamu santai, surat pemberitahuan sakit tetaplah dokumen komunikasi resmi. Gunakan bahasa yang pantas. Exception: Jika institusimu memang punya grup chat khusus untuk laporan darurat dan disepakati boleh lapor sakit di situ dengan format lebih singkat/casual, maka ikuti aturan tersebut. Tapi tetap usahakan informasi pokoknya jelas.

Seperti yang sudah disebutkan, menunda pengiriman surat bisa menimbulkan masalah administrasi dan kesan tidak bertanggung jawab. Kirim secepatnya, bahkan jika kamu merasa “ah, cuma sakit sebentar ini”. Lebih baik lapor dan nanti masuk lagi kalau sudah sembuh, daripada tidak lapor sama sekali.

Fakta Menarik Seputar Ketidakhadiran Karena Sakit

Absen karena sakit ini adalah fenomena global lho, bukan cuma di Indonesia. Faktanya, ketidakhadiran karyawan karena sakit (sering disebut absenteeism) bisa sangat memengaruhi produktivitas perusahaan. Menurut berbagai studi, sakit ringan seperti flu dan pilek adalah penyebab paling umum ketidakhadiran jangka pendek. Namun, stres dan masalah kesehatan mental juga menjadi penyebab absen yang meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Menariknya lagi, ada perbedaan budaya dalam pelaporan sakit. Di beberapa negara, ada kecenderungan untuk tetap masuk kerja meskipun merasa tidak enak badan (presenteeism), yang ironisnya justru bisa menurunkan produktivitas keseluruhan dan menulari rekan kerja. Budaya di tempat kerja atau institusi sangat memengaruhi bagaimana seseorang melaporkan sakit dan seberapa “mudah” izin sakit diberikan. Oleh karena itu, memiliki prosedur yang jelas, seperti kewajiban surat pemberitahuan dan surat dokter, adalah salah satu cara institusi mengelola isu absensi ini secara transparan dan akuntabel. Istirahat yang cukup saat sakit itu penting lho, bukan cuma buat pemulihanmu tapi juga untuk mencegah penyebaran penyakit!

Alternatif Pemberitahuan (Jika Surat Formal Tidak Wajib)

Di era digital ini, nggak semua institusi mewajibkan surat fisik atau bahkan email formal untuk pemberitahuan sakit, terutama untuk sakit yang hanya sehari. Ada beberapa alternatif yang mungkin lebih cepat dan praktis, tentunya jika memang diizinkan oleh aturan di tempatmu.

Pemberitahuan Lisan (Telepon)

Kamu bisa menelepon langsung atasan, guru, dosen, atau bagian administrasi untuk memberitahukan bahwa kamu sakit. Ini adalah cara tercepat untuk memberikan kabar. Namun, biasanya pemberitahuan lisan ini perlu diikuti dengan pemberitahuan tertulis (surat atau email) sebagai bukti rekam jejak. Pastikan kamu menelepon ke nomor yang tepat dan di waktu yang wajar.

Pemberitahuan Digital (Email/Chat Resmi)

Seperti contoh email di atas, email seringkali menjadi pengganti surat fisik. Selain itu, banyak perusahaan atau sekolah/kampus menggunakan aplikasi chat internal atau grup WhatsApp resmi untuk komunikasi cepat. Jika ada saluran komunikasi seperti ini dan diizinkan untuk lapor sakit di sana, kamu bisa menggunakannya. Pastikan format laporannya jelas, menyebutkan nama, alasan (sakit), dan estimasi durasi absen. Tetap usahakan menggunakan bahasa yang sopan ya, meskipun lewat chat.

Penting untuk diingat, meskipun ada alternatif yang lebih cepat, surat pemberitahuan sakit dalam format formal (fisik atau email formal) tetap menjadi standar di banyak institusi dan seringkali diwajibkan sebagai bukti sah, terutama jika sakitnya lebih dari sehari atau memerlukan surat dokter. Jadi, selalu pastikan kamu mengetahui prosedur yang berlaku di tempatmu.

Surat pemberitahuan sakit adalah alat komunikasi yang penting. Dengan menulisnya secara benar, kamu menunjukkan tanggung jawab, menghargai pihak lain, dan memastikan ketidakhadiranmu tercatat dengan baik. Ini adalah keterampilan dasar yang berguna di berbagai jenjang pendidikan dan karier.

Mari Berbagi Pengalaman!

Pernahkah kamu menulis surat pemberitahuan sakit? Bagaimana pengalamanmu? Adakah tips lain yang ingin kamu bagikan? Yuk, tulis di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar